Rabu, 22 Juli 2009

Pembelajaran Menulis

Salah satu aspek dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Aspek lain adalah mendengarkan, berbicara, dan membaca. Pada kesempatan ini saya ingin mengajak Anda mencoba mencari cara bagaimana sebaiknya membelajarkan siswa menulis. Menulis yang saya maksud disini adalah menulis dalam pengertian mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, khususnya menulis deskripsi. Jadi, bukan menulis dalam pengertian belajar menuliskan lambang-lambang huruf sebagaimana dibelajarkan pada kelas-kelas awal.
Pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar baik komunikasi secara lisan maupun secara tertulis. Kecuali itu pelajaran Bahasa Indonesia juga diarahkan untuk menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap karya kesastraan Indonesia.
Mulai kelas tiga semester satu, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus sudah dibelajarkan kepada siswa kemampuan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk paragraph dan puisi. Untuk melatih mereka mengungkapkan pikiran dan perasaan, tidak bisa begitu saja mereka diminta menuliskan apa yang mereka pikirkan atau rasakan tentang sesuatu hal atau kejadian. Tentu akan sangat sulit. Mereka masih perlu dibantu untuk mengemukakan apa yang dipikirkan dan rasakan, misalnya dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memudahkan mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan.
Berdasarkan pengamatan, masih banyak guru yang kurang mengalami kesulitan dalam membelajarkan kemampuan menulis pada murid-muridnya. Sebagian besar yang dari mereka karena kurang memiliki kemampuan yang baik dalam memilih strategi dan kurang berpengalaman secara pribadi dalam hal menulis.
Salah satu kemampuan menulis yang harus dibelajarkan kepada siswa adalah kemampuan menulis deskripsi (mendeskripsi). Deskripsi secara etimologi berasal dari kata description (Bhs. Inggris) yang berarti – gambaran, atau uraian. Menulis deskripsi dapat diartikan menggambarkan atau menguraikan sesuatu benda atau peristiwa dalam bentuk tulisan. Kemampuan mendeskripsi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan atau menginformasikan apa yang terjadi, dilihat atau dialami. Salah satu cara membelajarkan mendeskripsikan benda yang menurut saya cukup mudah dilakukan oleh guru, adalah sebagai berikut.
Kita menyediakan dua buah botol (dapat diganti benda lain) yang bentuk, bahan dan warnanya berbeda. Botol yang berwarna bening berbentuk pipih dan yang warnanya hijau berbentuk bulat (silindar). Yang bening diisi pasir, sedangkan yang hijau diisi cairan berwarna biru. Selanjutnya kita letakkan keduanya di atas meja dan mintalah para siswa mengamati dengan baik. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran, kita mengajukan beberapa pertanyaan lisan sebagai berikut:
1. Ada apa di atas meja?
2. Ada berapa buah?
3. Bagaimana bentuknya?
4. Apakah terbuat dari bahan yang sama?
5. Apakah warnanya sama?
6. Apakah ada isinya?
Pertanyaan tersebut tidak diurut secara acak tetapi diurut sedemikian rupa sehingga pertanyaan berikutnya berfungsi melengkapi (oermintaan informasi) pertanyaan sebelumnya. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan tersebut harus diurut mulai dari yang lebih umum menuju yang lebih khusus. Dengan demikian, pertanyaan pertama menjadi pertanyaan kunci dan bersifat paling umum. Oleh karena itu pertanyaan pertama harus disusun sehingga membuka peluang kepada siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan banyak jawaban yang akan mampu memberikan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
Mengapa kita harus mengajukan pertanyaan? Bertanya pada dasarnya adalah meminta informasi. Dalam hal pertanyaan-pertanyaan di atas yang diajukan guru kepada para siswa adalah informasi (yang berupa deskripsi/gambaran) tentang apa yang dilihat. Semakin banyak pertanyaan yang kita ajukan semakin banyak informasi yang kita dapati.
Di atas telah saya sebutkan bahwa pertanyaan pertama merupakan pertanyaan kunci. Mengapa demikian? Karena pertanyaan pertama bersifat paling umum, maka memungkinkan jawaban pertanyaan pertama itu juga memuat jawaban untuk pertanyaan kedua, ketiga dan seterusnya. Siswa dengan kemampuan mendeskripsi kurang baik cenderung menjawab dengan satu jawaban saja. Sehingga tidak mungkin memuat jawaban pertanyaan nomor berikutnya. Siswa dengan kemampuan deskripsi rendah, akan menjawab pertanyaan pertama dengan kata ‘Botol’, begitu saja, atau ‘ Dua buah botol’.
Berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan mendeskripsi baik jawaban atas pertanyaan pertama akan mengandung semua jawaban pertanyaan lain meskipun belum dikemukakan oleh guru. Jawaban tersebut kurang lebih begini: “Ada dua buah botol di atas meja. Kedua botol itu bentuknya berbeda. Yang satu pipih, berwarna bening dan terbuat dari kaca. Yang satunya lagi berwarna hijau, tembus cahaya dan terbuat dari plastik. Kedua botol tersebut ada isinya, tetapi isinya berbeda. Yang bening berisi pasir dan yang hijau dan berbentuk tabung berisi cairan”.
Jawaban kedua jelas lebih baik daripada jawaban yang pertama. Mengapa? Karena jawaban kedua lebih lengkap dan menunjukkan kecermatan siswa mengamati. Kecuali itu ia menunjukkan kemampuannya merangkai kata dan kalimat sehingga terbentuk sebuah informasi yang jelas. Berbeda dengan jawaban pertama, contoh jawaban tersebut belum jelas karena kita masih harus menanyakan hal-hal lain yang kita butuhkan informasinya, warnanya, bentuknya, dan lain-lain.
Latihan menulis deskripsi tidak hanya terbatas pada kemampuan mendeskripsikan benda dalam bentuk nyata, tetapi juga dapat mendeskripsikan benda dalam bentuk gambar, peristiwa sesungguhnya atau dalam bentuk VCD atau film. Tekankan pengertian kepada siswa bahwa mendeskripsi sama dengan memberikan informasi (biasanya lebih sering disebut menceritakan) sesuatu yang dilihat. Oleh karena itu, menulis deskripsi harus lengkap, sehingga orang yang membaca deskripsi yang kita buat tidak perlu lagi menanyakan sesuatu karena semua sudah tergambar lengkap dan jelas. ***
Selamat mencoba.

Jumat, 17 Juli 2009

Membiasakan Diri Berfikir Positif

Pikiran positif datang dari kepercayaan, pikiran negatif datang dari keragu-raguan; rasa takut yang benar adalah rasa takut yang digabungkan dengan harapan, karena lahir dari kepercayaan; sementara rasa takut yang salah digabungkan dengan keputusasaan……”(Blaisse Pascal).

Pikiran positif diyakini oleh para ahli psikologi sebagai pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter. Dengan pikiran positif kita bisa menjadi pribadi yang matang, lebih berani menghadapi tantangan, dan mampu melakukan hal-hal yang hebat yang selama ini (mungkin) belum bisa kita lakukan. Berpikir positif tidak akan pernah menghentikan kita karena keterbatasan dan kelemahan kita. Pikiran positif justru akan mendorong kita untuk terus berjuang menemukan cara-cara untuk mengurangi kelemahan kita dengan gagasan-gagasan baru yang kreatif. Dengan kata lain, pikiran positif akan mendorong kita melakukan tindakan-tindakan ‘baru’ yang positif.
Orang yang berpikiran positif memiliki rasa percaya diri lebih besar dibanding orang yang berpikiran negatif. Pikiran positif akan menumbuhkan optimisme dan optimisme akan menumbuhkan semangat. Dalam tulisan ini saya ingin menunjukkan contoh pikiran positif misalnya; jika kita mendapat suatu tugas dan kita berpikir dapat melakukan tugas tersebut, maka yang akan tumbuh dalam pikiran kita adalah keyakinan bahwa kita bisa. Bukan tidak mungkin bersamaan dengan itu muncul pula keragu-raguan, tetapi jika kita menguatkan pikiran positif maka kita akan dibawa oleh alam pikiran kita untuk mencari cara mengatasi keragu-raguan tersebut. Agar kita dapat menumbuhkan pikiran positif dengan baik kita perlu terus-menerus berlatih berpikir positif. Cobalah kita tanyakan pada diri kita; “Apakah kita mendapatkan manfaat dari berpikir negatif? Apakah kita akan memikirkan sesuatu yang sebenarnya akan menghambat kita untuk melakukan hal-hal yang hebat?” Saya yakin, Anda semua tahu jawabnya.
Orang yang berpikir positif akan selalu memiliki harapan. Dan itu akan menumbuhkan semangat untuk meraih tujuan yang diinginkannya. Orang yang berpikiran positif selalu bekerja lebih bersemangat daripada yang berpikiran negatif.
Sebagai guru, memiliki kebiasaan berpikir positif sangat penting. Salah satu tugas guru adalah menumbuhkan motivasi belajar bagi anak didik. Memotivasi berarti menumbuhkan harapan yang besar dalam diri anak didik. Mereka kita beri harapan yang dapat menumbuhkan semangat belajar. Semangat belajar seseorang sangat mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Tanpa adanya semangat belajar mustahil seseorang akan berhasil dengan baik dalam belajar. Guru yang memiliki kebiasaan berpikir positif akan lebih berhasil dalam tugasnya daripada yang berpikiran negatif.
Bagaimana logikanya? Guru yang biasa berpikir positif memiliki harapan yang besar terhadap keberhasilan anak didiknya. Harapan yang ada dihatinya akan mendorongnya lebih optimis dalam melaksanakan proses pembelajaran dan optimism itu akan menumbuhkan semangat berkreasi untuk menciptakan gagasan-gagasan baru (inovasi) sehingga pembelajaran tidak lagi monoton dan membosankan. Ia juga akan selalu memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk lebih berani mengemukakan pendapat, bertanya, bahkan mungkin menolak apa yang dikemukakannya. Pemberian kesempatan yang demikian ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang guru yang selalu diliputi pikiran negatif. Guru yang berpikiran negatif cenderung menganggap dirinyalah satu-satunya sumber yang harus diikuti dan ditaati. Ia menjadi sangat dominan sehingga akan menghambat tumbuhnya keberanian dan kreatifitas anak didiknya. Guru yang senantiasa berpikiran negatif pola pikirnya pun menjadi primitif sehingga susah diajak maju. Ia selalu meyakini bahwa pendapatnya yang paling benar, selalu menutup diri dari segala informasi tentang perkembangan pengetahuan dan teknologi pembelajaran yang menjadi bidang tugasnya. Tanpa disadari mereka telah menjadikan dirinya terbelenggu dalam ketertinggalan.
Apa manfaat berpikiran positif?
Manfaat paling erat kaitanya dari kebiasaan berpikir positif adalah terhindar dari mudahnya seseorang berpikiran negatif yang cenderung mendorong menjerumuskan sesorang dalam kebiasaan berprasangka buruk.
Saya akan menunjukkan ilustrasi dari kejadian yang menggambarkan sebuah prasangka buruk. Pada sebuah rapat yang diikuti oleh semua kepala sekolah ada seorang diantaranya tertidur pulas. Mengetahui hal ini pimpinan rapat tersinggung dan berdiri seraya menghardik. “Bangunkan orang itu dan suruh ia keluar!” sambil menunjuk ke peserta rapat yang diyakini tertidur. Semua peserta yang lain menoleh kepada orang yang dimaksud dan memandangnya dengan sinis. Menyadari dirinya menjadi pusat perhatian, orang tersebut mendongakkan kepala dan mencoba menjelaskan dengan suara lirih. “Maaf Pak, saya tidak tertidur. Saya mendengarkan semua yang bapak utarakan”. Dengan muka pucat pasi dan bibir bergetar ia kemudian melanjutkan. “Sebenarnya, hari ini saya seharusnya dirawat di rumah sakit, tetapi karena rapat ini sangat penting maka saya memaksakan diri untuk hadir….” seraya melangkah maju menunjukkan surat keterangan dokter kepada pimpinan rapat. Mendengar jawaban tersebut peserta rapat yang semula sinis menjadi terharu dan iba. Begitulah prasangka buruk sangat mudah mempengaruhi orang merendahkan orang lain dan melahirkan sikap buruk. Prasangka buruk juga dapat menjadi cikal-bakal fitnah. Dan kita semua tahu fitnah adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Banyak orang sepakat dengan perumpamaan ‘fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan’.
“ Hai orang-orang yang beriman! Janganlah terlalu banyak sangka menyangka, sungguh sebagian persangkaan adalah dosa. Janganlah saling memata-matai, dan janganlah saling memfitnah…” Q.S. 49 - Al Hujuraat, ayat 12.
Apakah kita mendapatkan manfaat dari berpikir negatif?
Jika kegagalan dalam mencapai cita-cita atau keinginan adalah sebuah tujuan, maka berpikir negatif adalah langkah awal yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pertanyaannya adalah, apa ada orang yang menginginkan cita-citanya gagal? Dengan demikian berpikir negatif tidak pernah ada manfaatnya. Jadi, kita tidak perlu ragu-ragu untuk terus menerus membiasakan diri berpikiran positif. Kita harus yakin akan kemampuan kita. Harga diri yang kita miliki harus mampu membuat kita selalu berpikir dan bersikap positif. Sebagai seorang pendidik tidak pantas menjadikan “membuat alasan” sebagai kebiasaan kita. Sikap seperti ini tidak akan bisa membuat kita menjadi pemenang dalam kehidupan ini. Kita seharusnya tidak puas jika hanya sebatas pada memiliki apa yang dimiliki orang lain, tetapi kita harus mampu memiliki apa yang tidak bisa dimiliki orang lain.
Saya ingin menyajikan sebuah contoh kegagalan yang merupakan akibat berpikir negative dari seorang sastrawan Amerika yang terkenal dengan karyanya ‘The Legend of Sleepy Hollow’, Washington Irving. Dalam sebuah acara perjamuan makan malam untuk menyambut kedatangan Charles Dickens, Irving ditunjuk menjadi pemimpin perjamuan tersebut. Namun Irving menolak karena ia merasa bimbang dan tidak yakin mampu melaksanakan tugas tersebut. Meskipun pada akhirnya Irving menerima tugas itu, tetapi ia selalu mengatakan bahwa ia takut jika dirinya akan gagal.
Saat acara malam perjamuan itu tiba, Irving mampu membuat pembukaan yang bagus dan sangat simpatik, tetapi tiba-tiba saja ia berhenti dan menutup pembicaraannya. Sejenak semua yang hadir tertegun dan terhenyak, tidak menyangka Irving akan menutup pidatonya sedemikian cepat. Setelah kembali ke tempat duduknya ia berbisik pada teman di sebelahnya, “Sudah saya katakan, saya pasti gagal… dan itu baru saja terjadi!” dengan nada protes.
Kegagalan Irving sebenarnya adalah jawaban atas keragu-raguan dan ketidakyakinan atas kemampuannya. Cara berpikir Irving adalah alasan mengapa ia gagal. Jika saja ia tidak berpikir akan gagal, maka kegagalan tersebut tidak akan terjadi. Betapa banyak kegagalan terjadi karena diawali dengan pikiran negatif.
Kegagalan anak didik kita dalam berbagai lomba mungkin saja karena berawal dari kita berpikir negatif, berawal dari pikiran negatif dimana kita sudah meyakini bahwa anak kita tidak akan mampu bersaing dengan siswa dari sekolah lain. Karena kita sudah yakin tidak akan menang, maka motivasi dan ambisi kita menjadi lumpuh, kemauan menjadi lemah dan semangat membina pun menjadi pudar. Oleh karena itu, mari kita bangun berpikir positif dengan hanya melihat yang terbaik dalam diri kita dan orang lain, serta percaya bahwa kita akan mampu melakukan hal-hal yang besar dan hebat.
Semoga bermanfaat.

Kamis, 30 April 2009

Karangsambung Memenuhi Janjinya

Pada hari terakhir TOT bagi fasilitator MBS (03/4) Drs. Sutarno Kepala UPTD Dinas Dikpora Unit Kecamatan Karangsambung dengan tegas berjanji dihadapan semua peserta (155 orang) akan segera melaksanakan tindak lanjut atas pelaksanaan review MBS sebagai tindak lanjut TOT bagi fasilitator MBS Kabupaten Kebumen yang diselenggarakan pada tanggal 1 - 3 April 2009 di Hotel Candisari, Karanganya, Kebumen. Dengan gerak cepat tim fasilitator MBS Kecamatan Karangsambung merancang pelaksanaan pelatihan bagi semua guru kelas di semua sekolah dasar di wilayah tersebut.
Kegiatan pelatihan tersebut menekankan pada penerapan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam tiga tahapan, tahap pertama tanggal 20-22 April 2009 bagi guru kelas 5 dan 6, tahap kedua tanggal 23-25 April bagi guru kelas 3 dan 4, dan tahap terakhir tanggal 27-29 April 2009 bagi guru kelas 1 dan 2.
Kecamatan Karangsambung bertekad mulai tahun pelajaran 2009/2010 pelaksanaan PAKEM sudah merata pada setiap sekolah dan setiap kelas. Kegiatan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan monitoring, pendampingan, supervisi dan evaluasi, yang akan secara efektif diberlakukan mualai minggu ke-4 bulan Juli 2009. Selain ketiga kegiatan lanjutan tersebut juga akan dilakukan kegiatan Analisis dan pelaporan yang akan dilaksanakan pada setiap akhir triwulan. Dengan demikian 'Karangsambung benar-benar telah memenuhi janjinya'.
Kagiatan pelatihan tersebut berjalan sangat antusias seperti tercermin pada gambar-gambar berikut ini:
Drs. Sutarno Kepala UPTD Dikpora Karangsambung memberi sambutan pembukaan pada pelatihan MBS didampingi satu-satunya pengawas di kecamatan tersebut.
Sedemikian serius para peserta berdiskusi dan bekerja dalam kelompok.
Lihatlah....... betapa mereka aktif dan sibuk dalam kelompok masing-masing.
Antusiasme peserta tercermin dalam setiap tahapan kegiatan. Tak ada yang tidak tersenyum.... tak ada yang mengeluh... tak ada lagi asumsi bahwa pakem sulit diterapkan...
Hasil karya dipajang sebagai cerminan pembelajaran yang akan mereka laksanakan di kelas masing-masing.
Kreativitas muncul saat mereka berkumpul... dan berkembang saat kita beri peluang.
Begitu langkah pertama kita ayunkan...saat itu pula kita sedang bergerak menjadi 'bisa'. Optimis adalah hal yang harus kita bayarkan untuk meraih cita-cita.
Alat peraga dibuat sendiri untuk membuktikan bahwa tidak harus dibeli.

Jumat, 03 April 2009

TOT Pakem Kebumen

Hari ini telah berakhir pelaksanaan TOT (tanggal 1-3 April 2009) bagi para fasilitator MBS Kabupaten Kebumen yang disebarkan pada 26 kecamatan. Pelaksanaan TOT tersebut diikuti oleh 155 orang fasilitator yang terdiri atas kepala UPTD setiap kecamatan, para pengawas TK/SD dan sejumlah kepala sekolah dan guru.
Beberapa laporan dalam gambar dapat kita nikmati di bawah ini:
Suasana menjelang upacara pembukaan.
Pak Andreas sedang melayani peserta yang meminta berbagai penjelasan tentang MBS.
Ini sih Pak Umar Samadhi yang sedang mengamati RTL (rencana tindak lanjut) peserta dari Kecamatan Ambal.
Ibu Sridati (sosok Kepala UPTD dari Kabupaten Semarang) yang berhasil meningkatkan penerapan MBS di wilayahnya menuturkan pengalamannya dan memotivasi peserta TOT. Nampak pada gambar Ibu Sridati sedang mengamati refleksi peserta sehari sebelum kegiatan berakhir.
Sebagian peserta yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan MBS dengan penekanan pada Pakem tekun dan antusias mengikuti kegiatan.

Semoga sukses.........!!!!

Rabu, 11 Maret 2009

"10 Commandment for Teachers"

George Polya, was a mathematician from Hongaria ((1887 – 1985). Writes 250 papers and 3 books, generally about ‘problem solving’. His book of “How to Solve It” quick-selling was sold, to translates in 15 languages. That was interesting here, Polya bequeathed ‘Ten Commandment for Teachers’.
1. Be Interested in your Subject. Pada menit-menit awal pertemuan pembelajaran bangunlah komunikasi positif dengan para siswa. Situasi menit-menit awal pertemuan akan sangat mempengaruhi keberhasilan tujuan pertemuan. Buatlah awal pertemuan itu menjadi hal yang menarik.
2. Know your Subject. Kenalilah subjek Anda dengan baik. Dengan mengenal individu mereka, akan terbangun komunikasi batin yang erat.
3. Try to read the face of your students, try to see their expectations and difficulties, put your self in their place. Selanjutnya, cobalah untuk membaca pikiran (melalui wajah siswa Anda), cobalah melihat harapan dan kesulitan mereka (melalui kontak mata dan batin), tempatkanlah diri Anda pada posisi yang sejajar dengan mereka sehingga siswa Anda tidak menganggap Anda-lah yang paling tahu. Ini penting agar mereka terhindar dari rasa ketergantungan kepada Anda.
4. Realize that the best way to learn anything is to discover it by yourself. Sesungguhnya cara terbaik belajar sesuatu adalah dengan mencari dan menemukannya sendiri.Tantang mereka untuk mencari, menemukan dan membuktikan, baik dengan sendiri-sendiri atau dengan bekerja kelompok.
5. Give your students not only information, but also ‘know-how’, ‘mental attitude’, ‘the habit methodical work’. Jangan hanya memberi informasi kepada siswa Anda, tetapi berilah kesempatan kepada mereka untuk mencari bagaimana menemukan yang belum mereka ketahui, sikap mental yang baik, dan bagaimana bekerja dengan cara yang benar.
6. Let them learn guessing. Beri kesempatan kepada siswa Anda untuk menerka atau membuat dugaan-dugaan. Jangan terburu-buru memberi jawaban suatu persoalan.Biarkan mereka menduga-duga dan penasaran akan kebenaran dugaannya.
7. Let them learn proving. Beri kesempatan kepada siswa Anda untk membuktikan kebenaran dugaan mereka. Berikan kesempatan kepada mereka mencoba membuktikan kebenaran dugaan mereka sendiri.
8. Look out for such features of the problem at hand as may be useful in solving the problem to come. Try to disclose the general pattern that lies behind the present concrete situation. Hati-hati terhadap ciri-ciri masalah yang dialami sehingga dapat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah. Cobalah untuk memperlihatkan pola umum yang terletak di belakang situasi konkret yang diberikan.
9. Do not give your whole secret at once let the students guess before you tell it let them find out by themselves as much as it feasible. Janganlah memberikan terlalu jauh seluruh jawaban Anda, biarkanlah siswa serentak menerka atau mencari sebelum Anda mengajarkannya. Biarkanlah mereka (bekerja) sendiri yang sesungguhnya dapat dikerjakannya dengan mudah.
10. Suggest it, do not force it down their throats. Jika ada kesalahan, janganlah memarahi mereka, tetapi berilah dorongan untuk dapat belajar dengan cara yang benar dan lebih baik.

Really was good for reflection for all the teachers.

Sumber: Teachers Guide, V.02.03. Edisi Juni 2007

Kamis, 05 Maret 2009

Who that was most responsible about results studied?

A question that really important. Of course the replied was the teacher. If results studied low, the teacher also that was most responsible? The replied was just the same. Including if the question "whoever was most responsible if produced by UASBN low?" You must know what the replied.
At this time, despite possibly rather has been late, all the teachers must change their teaching style. More stressed the student as the studying subject, stressed to activity of the student and always gave the opportunity so that the creative. This sentence possibly will bore and not change the situation while the teacher did not want to change their teaching method.
So, many teachers were trapped in the traditional taught style or method. They dominated the class, and the student more often was not given by the opportunity to solve the problem or find the answer in solving the problem. The style taught that was recommended, by more it was responded with the head nod than tried applied.
Its time to change and to work more professional.

Selasa, 03 Maret 2009

SEPUCUK SURAT DARI "MITRA"

Pak Piet Soeprijadi di antara Pak Edi sukamsi dan Pak Abdul Malik Gismar dalam acara diskusi FGD, 26 Februari 2009

Pak Piet (demikianlah panggilan akrab Pak Piet Soeprijadi), jabatan beliau adalah Deputy Executive Director 'Kemitraan'.Sehari yang lalu telah mengirim e-mail pada saya. Saya memang meminta kepada beliau untuk menyampaikan pandangan dan pendapatnya tentang mutu pendidikan di Kebumen, khususnya sekolah dasar.Kecuali itu itu saya juga bertanya bagaimana sebaiknya 'mendongkrak' prestasi sekolah dasar Kabupaten Kebumen agar menjadi lebih baik. Bagaimana pendapat dan saran serta ajakan beliau demikian secara lengkap saya posting ke blog kesayangan kita ini.

Pak Prawoto yth,

Wassalamualaikum wrwbkth.

Saya merasa senang bahwa Bapak tergerak untuk memahami lebih mendalam permasalahan mutu pendidikan dasar di Kebumen, yang kita bicarakan dalam FGD yang lalu. Ini berarti Bapak telah memiliki roh dan semangat untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan anak2 kita.

Roh, keyakinan, semangat itu sangat perlu , karena tanpa itu kita akan dengan cepat menyerah pada masalah, dan menjadi bagian masalah. Kami sangat berharap bahwa bapak2 dan ibu2 di Kebumen, apakah pejabat Dikpora atau bagian lain di Kabupaten Kebumen, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, anggota Komite Sekolah, anggota Dewan Pendidikan, anggota DPRD, LSM, pengurus PGRI.....semuanya memiliki roh, keyakinan dan semangat tersebut.

Apabila keyakinan dan semangat tersebut saat ini agak melemah, perlu diingat dan bahkan dsyukuri bahwa Kabupaten Kebumen memilki modal yang tidak dimiliki oleh banyak Kabupaten di Indonesia: Bupati ( dari Ibu Rustriningsih s.d. Pak Haji Nashirudin) yang sangat terbuka dan mendengarkan keluhan rakyat dan menindak lanjutinya, Bappeda yang sangat mengakomodasi dan memberikan keleluasaan penuh kepada SKPD untuk mengatur diri sendiri, Dikpora yang berusaha keras mengejar kereta dengan segala keterbatasannya, Kebumen juga memiliki guru2 dan kepala sekolah 2 yang luar biasa.....

Memang aneh bahwa modal yang demikian banyak ternyata belum cukup untuk mendongkrak mutu pendidikan dasar di Kebumen, karena ternyata

1. Dari hasil ujian 2007/2008 Kebumen berada di peringkat 33 dari 38 Kabupaten/Sub Rayon di Propinsi
2. Sekolah yang nomor 1 di Kebumen adalah peringkat 119 di Propinsi.
3. Nilai tertinngi di Kebumen 91.11 dan terendah 35.11
4. 20 % dai guru adalah semi dan tidak layak.

Data diatas dengan lugas mengungkap bahwa Kebumen jauh tertinggal di tingkat Propinsi, bahwa kesenjangan antar sekolah sangat lebar, bahwa mutu guru sangat perlu ditingkatkan...

Dari FGD terungkap lebih banyak masalah: rekrutmen, penempatan, kepemimpinan kepala sekolah, pengawasan, jumlah guru dll...

Sangat penting untuk tidak tenggelam dalam daftar masalah yang panjang...karena selalu ada jalan untuk menuju yang lebih baik..maka perlu ada roh, keyakinan dan semangat.

Untuk membangkitkan dan memperbesar roh, keyakinan dan semanagat, perlu diingat bahwa masing2 kita juga punya anak. Apabila anak2 kita juga sekolah di Kebumen, kalau kita membiarkan ketinggalan ini, besar kemungkinan mereka juga akan tersingkir dalam persaingan mencari lapangan kerja dan juga tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru... ( Mengenai dahsyatnya persaingan dan bahwa kita harus memiliki keunggulan dari yang lain itu saya pelajari sejak kelas 3 Sekoah Rakyat dari almrahum Kepala Sekolah kami, Bapak Marjan, dia hanya menggambar segi empat dan bilang, nak ini sawah bapakmu sekarang, besok sawah ini akan di - bagi2 menjadi kotak lebih kecil sambil beliau menggambar 2 garis didalam segi empat sehingga menjadi empat segi empat dst. Sawah ini akan makin kecil dan habis...kalau kamu tidak belajar dengan baik, kamu tidak akan kebagian sawah dan tidak dapat membeli sawah baru..Pesan beliau yang sudah lebih dari 50 tahun yang lalu itu tetap saya ingat dan menjadi pendorong untk terus belajar dan bekerja lebih baik)

Jadi marilah kita semua bahu membahu meningkatkan mutu. Mulainya dari diri sendiri, apa yang dapat kita perbaiki? Setiap hari kita harus lebih baik dari kemarin....dan kemudian marilah kita berbagi dengan teman dan sejawat...

Untuk referensi, saya lampirkan bahan presentasi saya di Kebumen.

Mudah2an hal hal diatas bermanfaat bagi Bapak dan Teman2 dan syukur kalu bisa menjadi modal tambhan meningkatkan mutu pendidikan dasar di Kebumen.

Salam hormat.
Wassalamualaikum wrwbkth

(lampiran surat dapat diakses melalui): http://www.slideshare.net/NASuprawoto/slideshows

cid:image001.gif@01C974EA.F099CB70

Piet Soeprijadi
Deputy Executive Director

Jl. Brawijaya VIII No. 7
Kebayoran Baru - Jakarta 12160
Tel : +62-21-72799566
Fax : +62-21-7208519

Minggu, 01 Maret 2009

How to be a good trainer?

Pak Pur (baju batik) dan Pak Pur pada sebuah workshop


Beberapa tips yang dapat dijadikan trik saat menjadi presenter di bawah ini dikutip dari pendapat Ir. Wahyu Purnomo, MT. Beliau adalah putra Kebumen asli yang sekarang bekerja di PPPPTK/VEDC Malang, pada seksi program. Selain itu, aktivitas beliau banyak memberikan pelatihan pembuatan bahan ajar berbasis web, model evaluasi pembelajaran berbasis web, pelatihan e-learning : content development, e-learning tool & technology, learning management system.
Di bawah ini adalah beberapa tips yang mungkin bemanfaat bagi kita.

• pelajari materi yang akan disampaikan semaksimal mungkin, kuasai betul materi tersebut, jangan berani membawakan materi yg sama sekali tidak dikuasai atau hanya dipelajari sebelum workshop
• sampaikan materi dengan tenang, runtut, perlahan, ulangi kalau perlu
• gunakan intonasi yang baik, suara yang keras, tapi tetap ramah
• selingi dengan joke, kejutan atau hal lain yang bisa mendukung suasana
• kuasai audience, berjalanlah sampai ke peserta paling belakang, jangan di depan terus
• lebih akrab dengan peserta, pagipagi bisa menanyakan kabar mereka? apakah sudah menerima sms cinta dari pasangan kita? dlsb
• libatkan mereka, sapa mereka saat berlangsung workshop
semoga bermanfaat

Jumat, 27 Februari 2009

Focus Group Discussion (FGD)

Bupati Kebumen KH. Nashirudin AM. around Mr. Piet Supriyadi (Kemitraan, Jakarta), Mr. Mahar Moegiyono (Dinas Dikpora) and Mr Arief (Bappeda)

On Thursday, February 26 2009 was the turning-point for the achievement trip of the elementary school in the Kebumen Regency. Was begun by an effort to promote the achievement produced by the quality national exam from the level 32 to level 15 in three years. A difficult work and was not easy because of involving various educational components that the amount a large number of and spread the area throughout the Kebumen Regency. But will become heavier if we do not begin now. When again?? Now during him we were in partnership with the partnership (Kemitraan). It is hoped.

Rabu, 25 Februari 2009

Dinamika Upaya Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Melalui Penataan Manajemen

Meskipun hasil UASBN jenjang sekolah dasar Kabupaten Kebumen menempati peringkat 32 dari 38 rayon, tidak berarti bahwa di kebumen tidak pernah ada upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu lulusan. Sementara ini diyakini banyak orang bahwa satu-satunya parameter sebagai ukuran keberhasilan sebuah sekolh adalah tingkat lulusan berdasarkan perolehan nilai debanding sekolah-sekolah lain.
Agar tidak terjadi salah faham sesama praktisi atau pemerhati pendidikan, kiranya saya merasa perlu menyajikan sedikit informasi tentang upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) kabupaten Kebumen sejak tahun 2002. Informasi ini tentu tidak mewakili siapa pun kecuali sebagai sebuah catatan pribadi yang kebetulan terlibat langsung dalam kegiatan ini.
1. Tahun 2002 Dinas P dan K (pada waktu itu) membentuk 12 SD rintisan MBS bekerja sama dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Tengah.Enam sekolah berada di Kecamatan Kebumen dan 6 sekolah lainnya berada di Kecamatan Gombong.
2. Tahun 2003 Dinas P dan K Kabupaten Kebumen bekerja sama dengan MBE membina 12 sekolah dasar MBS yang tersebar di Kecamatan Gombong dan Kecamatan Ambal. Pada tahun yang sama bekerja sama dengan Kartika Soekarno Foundation (KSF) membina 16 sekolah MBS yang berada di Kecamatan Pejagoan dan Kecamatan Prembun.
3. Tahun 2005 membina 21 sekolah bekerja sama dengan Plan Indonesia
4. Tahun 2006 menyelenggarakan pelatihan MBS terhadap 137 SD Inti se Kabupaten Kebumen dengan peserta terdiri atas kepala sekolah, seorang guru, dan seorang ketua atau pengurus komite sekolah.
5. Tahun 2007 menyelenggarakan pelatihan MBS terhadap 205 SD Imbas.
6. Tahun 2008 menyelenggarakan pelatihan yang sama terhadap sejumlah 430 SD Imbas
Upaya tersebut mungkin memang belum cukup karena manusia memang tidak boleh berhenti berupaya sebelum ajal menjemput. Tetapi tidah benar jika dikatakan bahwa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tidak melakukan upaya-upaya peningkatan mutu pada jenjang sekolah dasar.
Bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan adalah bagian yang tidak boleh dilupakan kita semua. Amin, semoga lebih baik.

Menggagas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Oleh : Agus Wibowo

Upaya pemerintah mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai wujud desentralisasi pendidikan, pada dasarnya sangat terkait dengan kepemimpinan sosok kepala sekolah. Budaya pendidikan kita yang paternalistik dan feodalistik belum bisa menciptakan keberhasilan kerja tim (organisasi) tanpa adanya pemimpin yang mumpuni. Gambaran nyata juga terlihat dalam kehidupan kenegaraan kita —yang masih menumpahkan semua kesalahan kepada presiden dan wakil presiden.

Demikian halnya dalam konteks pelaksanaan MBS, sekolah dituntut untuk meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya. Oleh karena itu, pemberdayaan kepala sekolah merupakan sebuah keharusan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, meliputi (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan (Suyanto : 2001).

Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur. Sehingga, semua unsur yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan sebagainya) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah. Bentuk kepemimpinan yang diperkenalkan oleh Burn pada tahun 1978 (Burn: 1992) yang mengkontraskan dengan kepemimpinan transaksional, mengemuka kembali seiring dengan perubahan-perubahan yang cepat, kompleks, dan canggih dalam kehidupan manusia.

Ciri seorang yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional (Luthans, 1995: 358) adalah sebagai berikut: (1) meng-identifikasi dirinya sebagai agen perubahan (pembaruan); (2) memiliki sifat pemberani; (3) mempercayai orang lain; (4) bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan individu, atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya); (5) meningkatkan kemampuannya secara terus-menerus; (6) memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas, dan tidak menentu; serta (7) memiliki visi ke depan.

Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan partisipatif-transformasional memiliki kecenderungan untuk menghargai ide-ide baru, cara baru, praktik-praktik baru dalam proses belajar-mengajar di sekolahnya, dan dengan demikian sangat senang jika guru melaksanakan classroom action research. Sebab, dengan penelitian kelas itu sebenarnya guru akan mampu menutup gap antara wacana konseptual dan realitas dunia praktik profesional. Akibat positifnya ialah dapat ditemukannya solusi bagi persoalan keseharian yang dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar di kelas. Jika hal ini terjadi, berarti guru akan mampu memecahkan sendiri persoalan yang muncul dari praktik profesionalnya, dan oleh karena itu mereka dapat selalu meningkatkannya secara berkelanjutan.

Nampaknya teori tentang kepemimpinan trasformasional kepala sekolah sudah sangat terkenal dan bukan hal yang baru lagi. Meskipun demikian, masih banyak kepala sekolah yang enggan menerapkannya. Budaya feodalistik yang bercokol dan mengakar kuat dalam dunia pendidikan kita, selalu mengibaratkan kepala sekolah laksana seorang raja. Apa yang disabdakannya, harus dilakukan oleh para guru dan karyawan. Beruntung jika kebetulan sosok kepala sekolah yang memimpin, mempunyai visi dan misi ke depan yang jelas serta berlatar belakang pendidikan tinggi, sekolah mungkin bisa mengalami kemajuan. Tetapi jika kepala sekolah hanya berpendidikan rendah, dan pengangkatannya hanya karena kolusi, korupsi dan nepotisme, sudah pasti sekolah akan mengalami kemunduran, dan bukan tidak mungkin mengalami kebangkrutan.

Menjadi tanggungjawab bersama bagi para kepala sekolah untuk menrubah paradigma paternalistik feodal menuju kepemimpinan yang transformasional demi kemajuan pendidikan kita. Jabatan kepala sekolah merupakan amanah, maka sudah seharusnya kita laksanakan dengan sungguh-sungguh dengan mengerahkan segenap manajerial skill kita sebagai Ibadah. Smoga []

Penulis adalah Peneliti pada Forum Kajian Politik dan Pendidikan (FKPP), Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Email: agus82wb@yahoo.com

Selasa, 10 Februari 2009

KEJUARAAN LOMBA GUGUS TK DAN SD TINGKAT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2008


Setelah menunggu sekian lama, berita hasil lomba gugus tingkat Kabupaten Kebumen Tahun 2008 diumumkan dengan hasil sebagai berikut:
Jenjang Taman Kanak-Kanak:
Juara 1 TK Pembina Kecamatan Kebumen
Juara 2 TK Tarbiyatul Masitoh Kecamatan Klirong
Juara 3 TK Pertiwi Kecamatan Buluspesantren

Jenjang Sekolah Dasar:
Juara 1 SDN Kedungwaru Kecamatan Karangsambung
Juara 2 SDN 1 Balingasal Kecamatan Padureso
Juara 3 SDN 4 Kedawung Kecamatan Pejagoan

Bagi juara 1 untuk kedua jenjang tersebut akan dipersiapkan untuk mewakili Kabupaten Kebumen mengikuti lomba sejenis pada tingkat provinsi yang diperkirakan akan diselenggarakan pada bulan Oktober atau November 2009.

Selamat kepada para juara!!!!

Selasa, 06 Januari 2009

Anak Perlu Kecerdasan Emosional dan Sosial

Ditulis oleh : Aliefien

Sambutan Dirjen Prof.Suyanto, PhD pada Pembukaan Seminar dan Lokakarya Olimpiade Sastra Tingkat Sekolah Dasar

Sebagaimana kita ketahui bahwa perspektif pembangunan manusia Indonesia seutuhnya menjadi landasan konseptual dari pembangunan pendidikan nasional yang ingin kita kembangkan. Dalam perspektif ini pembangunan pendidikan harus mampu membangun seluruh potensi kecerdasan manusia secara optimal dan bermanfaat bagi diri, masyarakat dan pembangunan nasional. Untuk itu Depdiknas Menetapkan visi tahun 2025 untuk menghasilkan "insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif".

Sasaran yang paling strategis dalam pengembangan pendidikan dimulai dari pendidikan dasar sebagaimana telah diamanatkan oleh UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Sekolah Dasar (SD) sebagai tahapan pertama dalam pendidikan dasar dinilai strategis karena pada usia inilah berbagai potensi anak mulai dibentuk dan dikembangkan.

Pada hakikatnya setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing. Ada anak yang cerdas intelektual, cerdas emosional, cerdas spiritual, dan cerdas kinestetik/motorik. Saat ini berbagai lomba telah dilakukan, misalnya Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) untuk mengembangkan kecerdasan spritual, dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OOSN) untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik/motorik.


Suatu kecerdasan yang belum dikembangkan dalam bentuk lomba tingkat nasional adalah kecerdasan sosial dan emosional anak, sebuah kecerdasan yang sangat berperan dalam menunjang kehidupan sosialnya kelak dalam hidup bermasyarakat. Hal ini tentu sejalan dengan tujuan pembangunan manusia seutuhnya maupun penyiapan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dan daya saing tinggi.

Saat ini dunia sedang dilanda krisis ekonomi dan belum sepenuhnya dapat diatasi. Bahkan krisis ekonomi dunia sudah mulai berdampak pada perekonomian nasional. Bukan tidak mungkin akan berimbas pada semakin meningkatkanya jumlah anak usia SD putus sekolah dan terancam putus sekolah setiap tahun.

Pada sisi lain, puluhan ribu ruang kelas SD kita masih mengalami kerusakan dan masih ada kesenjangan mutu sekolah yang cukup signifikan antara daerah perkotaan dan desa serta antar provinsi.

Secara Nasional tingkat capaian Angka Partisipasi Murni (APM) SD tahun 2007 sebesar 94,90 persen melebihi 0,24 persen dari target yang ditetapkan, yaitu 94,66 persen. Sementara itu berdasarkan indikator APM, tingkat ketuntasan wajar SD secara Nasional sampai dengan tahun 2007 sangat menggembirakan dimana terdapat 98 persen kabupaten/kota telah tuntas sementara yang belum tuntas hanya 7 Kabupaten (2 persen) yaitu Kab Natuna (Sultra), Kab Tolikara (Papua), Kab Teluk Wondama (Papua Barat), Kab Teluk Bentuni (Papua Barat), Kab Kaimana (Papua Barat), Kab Raja Ampat (Papua Barat), Kab Asmat (Papua).

Masalah lain yang perlu mendapat perhatian kita semua adalah sarana dan prasarana sekolah dasar. kondisi saat ini menunjukkan bahwa 18,9 persen dari total ruang kelas SD/setara memerlukan rehabilitasi. Angka ini memang sudah jauh menurun dibandingkan kondisi kerusakan pada tahun 2003 dengan tingkat kerusakan sebesar 49,5 persen maka telah terjadi perbaikan sebesar 30, 6 persen melalui berbagai intervensi program DAK, dokosentrasi, dan program lainnya. Dengan demikian sampai akhir tahun 200 diperkirakan masih terdapat sisa ruang kelas rusak sebanyak 135.194 ruang kelas (12,6 persen). Sisa kerusakan tersebut semoga bisa dituntaskan pada 2009 karena pemerintah telah menganggarkan Dana Alokasi Khusus 9,3 Triliun.

Pada tahun 2009 biaya satuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) termasuk BOS buku, mengalami kenaikan secara signifikan menjadi:
a. SD/SDLB di kota : Rp400.000,-/siswa/tahun
b. SD/SDLB di kabupaten : Rp397.000,-/siswa/tahun
c. SMP/SMPLB/SMPT di kota : Rp575.000,-/siswa/tahun
d. SMP/SMPLB/SMPT di kab : Rp570.000,-/siswa/tahun

Dengan kenaikan BOS tersebut diharapkan akan meningkatkan Angka Partisipasi Murni (APM) dan angka melanjutkan ke SMP, dan menurunkan angka putus sekolah (drop out) di SD dan SMP. Dengan demikian, diharapkan akan tercapai target Wajar Dikdas 9 tahun. APM SD pada 2008 sebesar 94,90 persen ditargetkan mencapai 97 persen pada 2014. Persentase peserta didik putus sekolah pada tahun 2008 sebesar 2,37 persen ditargetkan turun menjadi 0,7 persen pada 2014 dan persentase lulusan SD melanjutkan pendidikan pada tahun 2009 sebesar 82,03 persen ditargetkan mencapai 99 persen pada 2014.

Dari Indeks Pembangunan Manusia (HDI) yang salah satu variabelnya adalah mutu pendidikan, Indonesia berada di urutan 107 dari 117 negara. Ini merupakan resultante dari banyak faktor: pembiayaan, pengawasan, kurikulum, birokrasi pendidikan, kondisi sosial ekonomi dan politik secara umum. Sebenarnya potensi anak Indonesia cukup tinggi, ini midalnya ditandai dengan keberhasilan menjuarai olimpiade internasional di bidang sains dan matematika.

Pada tahun 2008 ini Tim Indonesia meraih 18 emas di Thailand dan yang masih hangat adalah kabar sukses besar tim merah putih pada perhelatan akbar IMSO di Mataram tanggal 8-13 November 2008 lalu dimana siswa-siswa SD kita berjaya menjadi juara umum dengan mempersembahkan 10 perak dan 14 perunggu. Pada saat yang sama prestasi di bidang olahraga pun memapu diraih siswa-siswa sekolah dasar kita. Ketika para senior olahraga sulit mencapai puncak prestasi pada tingkat regional, para juniornya justru mampu menaklukkan lawan-lawannya pada 2nd APSSO 2008 yang diselenggarakan pada bulan Oktober lalu. Tim Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan meraih 12 emas, 8 perak, 11 perunggu.

Pada kesempatan ini, saya ingin memberikan apresiasi bagi seluruh penopang keberhasilan tersebut. Saya kira keberhasilan ini tidak muncul tiba-tiba, ini adalah pasti hasil dari kerja keras, ketekunan, kesungguhan dan hasil kerjasama serta sinergi yang solid antar berbagai instansi dan kalangan baik pusat maupun daerah.

Keberhasilan anak-anak kita dalam berbagai ajang kompetisi internasional itu merupakan indikator bahwa kita sesungguhnya memiliki harapan dan peluang besar untuk menjadikan sekolah-sekolah kita mampu menghasilkan lulusan bermutu dan memiliki daya saing tinggi.

Kenaikan anggaran pendidikan menjadi 20 persen dari total APBN cukup membuat kita optimis bahwa ke depan tidak ada lagi gedung SD rusak. Dengan demikian maka mulai tahun 2009 dan seterusnya program nasional pembangunan sekolah dasar berikutnya akan fokus pada peningkatan mutu pendidikan seperti pembangunan ruang perpustakaan, penyediaan sarana pendidikan, peningkatan mutu pembelajaran serta peningkatan daya saing nasional maupun internasional, sehingga pendidikan kita akan menghasilkan lulusan yang cerdas secara komprehensif tidak saja secara intelektual tetapi juga secara emosional dan spritual serta menjadi tenaga-tenaga terdidik yang siap bersaing dan semakin diperhitungkan di tingkat regional maupun internasional serta memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa.

Mengakhiri sambutan ini saya menyampaikan harapan agar kegiatan ini dapat menjadi forum untuk menggagas lahirnya Olimpiade Sastra Tingkat Sekolah Dasar. Saya juga berharap pertemuan ini dapat membangkitkan mutu pendidikan serta memberikan pelayanan pendididkan terbaik bagi dunia pendidikan SD di Indonesia.

Dengan mengucap Bismillahirohmannirohiim, Seminar dan Lokakarya Olimpiade Sastra Tingkat Sekolah Dasar dengan ini saya nyatakan dibukan secara resmi.

Terima kasih, billahi-taufik walhidayah wassalmu'alaikum wr.wb

Dirjen Manajemen Dikdasmen - Depdiknas

Prof.Suyanto, Ph.D

Minggu, 04 Januari 2009

JADWAL UASBN SD/MI 2009

UTAMA:
1. Senin, 11 Mei 2009 pk. 08.00 - 10.00 Bahasa Indonesia
2. Selasa, 12 Mei 2009 pk. 08.00 - 10.00 Matematika
3. Rabu, 13 Mei 2009 pk. 08.00 - 10.00 Ilmu Pengetahuan Alam

SUSULAN:
1. Senin, 18 Mei 2009 pk. 08.00 - 10.00 Bahasa Indonesia
2. Selasa, 19 Mei 2009 pk. 08.00 - 10.00 Matematika
3. Jumat, 22 Mei 2009 pk. 08.00 - 10.00 Ilmu Pengetahuan Alam

Sumber: POS UASBN 2009 (BSNP)

Kamis, 01 Januari 2009

PERIHAL JADWAL UJIAN NASIONAL / UASBN

Jadwal Ujian Nasional Tahun 2009
16-11-2008 11:30:27 | Views : 1972
Berdasarkan kesepakatan bersama (BSNP, Depdiknas, dan Depag) diputuskan jadwal Ujian Nasional sebagai berikut :

- SMA/MA (20 -- 24 April 2009)
- SMP/Mts (27 -- 30 April 2009)
- SD/MI (11 -- 13 Mei 2009)
- SMK/SMALB (20 -- 22 April 2009)
Sumber: situs resmi depdiknas

INFORMASI PENTING

Pengumuman Kebijakan BOS Depdiknas tahun 2009
28-11-2008 11:42:48 | Views : 2063
Berikut 5 Kebijakan BOS Depdiknas tahun 2009:
1. Biaya satuan BOS, termasuk BOS Buku, per siswa/tahun mulai januari 2009 naik secara signifikan menjadi: SD dikota Rp 400 ribu, SD di kabupaten Rp 397 ribu, SMP di kota Rp 575 ribu, dan SMP di kabupaten Rp 570 ribu.
2. Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS mulai januari 2009, semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI.
3. Pemda wajib mengendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada pungutan berlebihan kepada siswa mampu.
4. Pemda wajib mensosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS tahun 2009 serta menyanksi pihak yang melanggar.
5. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila BOS dari Depdiknas belum mencukupi.
Sumber: situs resmi depdiknas

Links