Jumat, 27 Februari 2009

Focus Group Discussion (FGD)

Bupati Kebumen KH. Nashirudin AM. around Mr. Piet Supriyadi (Kemitraan, Jakarta), Mr. Mahar Moegiyono (Dinas Dikpora) and Mr Arief (Bappeda)

On Thursday, February 26 2009 was the turning-point for the achievement trip of the elementary school in the Kebumen Regency. Was begun by an effort to promote the achievement produced by the quality national exam from the level 32 to level 15 in three years. A difficult work and was not easy because of involving various educational components that the amount a large number of and spread the area throughout the Kebumen Regency. But will become heavier if we do not begin now. When again?? Now during him we were in partnership with the partnership (Kemitraan). It is hoped.

Rabu, 25 Februari 2009

Dinamika Upaya Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Melalui Penataan Manajemen

Meskipun hasil UASBN jenjang sekolah dasar Kabupaten Kebumen menempati peringkat 32 dari 38 rayon, tidak berarti bahwa di kebumen tidak pernah ada upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu lulusan. Sementara ini diyakini banyak orang bahwa satu-satunya parameter sebagai ukuran keberhasilan sebuah sekolh adalah tingkat lulusan berdasarkan perolehan nilai debanding sekolah-sekolah lain.
Agar tidak terjadi salah faham sesama praktisi atau pemerhati pendidikan, kiranya saya merasa perlu menyajikan sedikit informasi tentang upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) kabupaten Kebumen sejak tahun 2002. Informasi ini tentu tidak mewakili siapa pun kecuali sebagai sebuah catatan pribadi yang kebetulan terlibat langsung dalam kegiatan ini.
1. Tahun 2002 Dinas P dan K (pada waktu itu) membentuk 12 SD rintisan MBS bekerja sama dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Tengah.Enam sekolah berada di Kecamatan Kebumen dan 6 sekolah lainnya berada di Kecamatan Gombong.
2. Tahun 2003 Dinas P dan K Kabupaten Kebumen bekerja sama dengan MBE membina 12 sekolah dasar MBS yang tersebar di Kecamatan Gombong dan Kecamatan Ambal. Pada tahun yang sama bekerja sama dengan Kartika Soekarno Foundation (KSF) membina 16 sekolah MBS yang berada di Kecamatan Pejagoan dan Kecamatan Prembun.
3. Tahun 2005 membina 21 sekolah bekerja sama dengan Plan Indonesia
4. Tahun 2006 menyelenggarakan pelatihan MBS terhadap 137 SD Inti se Kabupaten Kebumen dengan peserta terdiri atas kepala sekolah, seorang guru, dan seorang ketua atau pengurus komite sekolah.
5. Tahun 2007 menyelenggarakan pelatihan MBS terhadap 205 SD Imbas.
6. Tahun 2008 menyelenggarakan pelatihan yang sama terhadap sejumlah 430 SD Imbas
Upaya tersebut mungkin memang belum cukup karena manusia memang tidak boleh berhenti berupaya sebelum ajal menjemput. Tetapi tidah benar jika dikatakan bahwa Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tidak melakukan upaya-upaya peningkatan mutu pada jenjang sekolah dasar.
Bagaimana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan adalah bagian yang tidak boleh dilupakan kita semua. Amin, semoga lebih baik.

Menggagas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Oleh : Agus Wibowo

Upaya pemerintah mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai wujud desentralisasi pendidikan, pada dasarnya sangat terkait dengan kepemimpinan sosok kepala sekolah. Budaya pendidikan kita yang paternalistik dan feodalistik belum bisa menciptakan keberhasilan kerja tim (organisasi) tanpa adanya pemimpin yang mumpuni. Gambaran nyata juga terlihat dalam kehidupan kenegaraan kita —yang masih menumpahkan semua kesalahan kepada presiden dan wakil presiden.

Demikian halnya dalam konteks pelaksanaan MBS, sekolah dituntut untuk meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya. Oleh karena itu, pemberdayaan kepala sekolah merupakan sebuah keharusan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, meliputi (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan (Suyanto : 2001).

Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur. Sehingga, semua unsur yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan sebagainya) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan ideal sekolah. Bentuk kepemimpinan yang diperkenalkan oleh Burn pada tahun 1978 (Burn: 1992) yang mengkontraskan dengan kepemimpinan transaksional, mengemuka kembali seiring dengan perubahan-perubahan yang cepat, kompleks, dan canggih dalam kehidupan manusia.

Ciri seorang yang telah berhasil menerapkan gaya kepemimpinan transformasional (Luthans, 1995: 358) adalah sebagai berikut: (1) meng-identifikasi dirinya sebagai agen perubahan (pembaruan); (2) memiliki sifat pemberani; (3) mempercayai orang lain; (4) bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan individu, atau atas dasar kepentingan dan desakan kroninya); (5) meningkatkan kemampuannya secara terus-menerus; (6) memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas, dan tidak menentu; serta (7) memiliki visi ke depan.

Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan partisipatif-transformasional memiliki kecenderungan untuk menghargai ide-ide baru, cara baru, praktik-praktik baru dalam proses belajar-mengajar di sekolahnya, dan dengan demikian sangat senang jika guru melaksanakan classroom action research. Sebab, dengan penelitian kelas itu sebenarnya guru akan mampu menutup gap antara wacana konseptual dan realitas dunia praktik profesional. Akibat positifnya ialah dapat ditemukannya solusi bagi persoalan keseharian yang dihadapi guru dalam proses belajar-mengajar di kelas. Jika hal ini terjadi, berarti guru akan mampu memecahkan sendiri persoalan yang muncul dari praktik profesionalnya, dan oleh karena itu mereka dapat selalu meningkatkannya secara berkelanjutan.

Nampaknya teori tentang kepemimpinan trasformasional kepala sekolah sudah sangat terkenal dan bukan hal yang baru lagi. Meskipun demikian, masih banyak kepala sekolah yang enggan menerapkannya. Budaya feodalistik yang bercokol dan mengakar kuat dalam dunia pendidikan kita, selalu mengibaratkan kepala sekolah laksana seorang raja. Apa yang disabdakannya, harus dilakukan oleh para guru dan karyawan. Beruntung jika kebetulan sosok kepala sekolah yang memimpin, mempunyai visi dan misi ke depan yang jelas serta berlatar belakang pendidikan tinggi, sekolah mungkin bisa mengalami kemajuan. Tetapi jika kepala sekolah hanya berpendidikan rendah, dan pengangkatannya hanya karena kolusi, korupsi dan nepotisme, sudah pasti sekolah akan mengalami kemunduran, dan bukan tidak mungkin mengalami kebangkrutan.

Menjadi tanggungjawab bersama bagi para kepala sekolah untuk menrubah paradigma paternalistik feodal menuju kepemimpinan yang transformasional demi kemajuan pendidikan kita. Jabatan kepala sekolah merupakan amanah, maka sudah seharusnya kita laksanakan dengan sungguh-sungguh dengan mengerahkan segenap manajerial skill kita sebagai Ibadah. Smoga []

Penulis adalah Peneliti pada Forum Kajian Politik dan Pendidikan (FKPP), Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Email: agus82wb@yahoo.com

Selasa, 10 Februari 2009

KEJUARAAN LOMBA GUGUS TK DAN SD TINGKAT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2008


Setelah menunggu sekian lama, berita hasil lomba gugus tingkat Kabupaten Kebumen Tahun 2008 diumumkan dengan hasil sebagai berikut:
Jenjang Taman Kanak-Kanak:
Juara 1 TK Pembina Kecamatan Kebumen
Juara 2 TK Tarbiyatul Masitoh Kecamatan Klirong
Juara 3 TK Pertiwi Kecamatan Buluspesantren

Jenjang Sekolah Dasar:
Juara 1 SDN Kedungwaru Kecamatan Karangsambung
Juara 2 SDN 1 Balingasal Kecamatan Padureso
Juara 3 SDN 4 Kedawung Kecamatan Pejagoan

Bagi juara 1 untuk kedua jenjang tersebut akan dipersiapkan untuk mewakili Kabupaten Kebumen mengikuti lomba sejenis pada tingkat provinsi yang diperkirakan akan diselenggarakan pada bulan Oktober atau November 2009.

Selamat kepada para juara!!!!

Links