Jumat, 17 Juli 2009

Membiasakan Diri Berfikir Positif

Pikiran positif datang dari kepercayaan, pikiran negatif datang dari keragu-raguan; rasa takut yang benar adalah rasa takut yang digabungkan dengan harapan, karena lahir dari kepercayaan; sementara rasa takut yang salah digabungkan dengan keputusasaan……”(Blaisse Pascal).

Pikiran positif diyakini oleh para ahli psikologi sebagai pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter. Dengan pikiran positif kita bisa menjadi pribadi yang matang, lebih berani menghadapi tantangan, dan mampu melakukan hal-hal yang hebat yang selama ini (mungkin) belum bisa kita lakukan. Berpikir positif tidak akan pernah menghentikan kita karena keterbatasan dan kelemahan kita. Pikiran positif justru akan mendorong kita untuk terus berjuang menemukan cara-cara untuk mengurangi kelemahan kita dengan gagasan-gagasan baru yang kreatif. Dengan kata lain, pikiran positif akan mendorong kita melakukan tindakan-tindakan ‘baru’ yang positif.
Orang yang berpikiran positif memiliki rasa percaya diri lebih besar dibanding orang yang berpikiran negatif. Pikiran positif akan menumbuhkan optimisme dan optimisme akan menumbuhkan semangat. Dalam tulisan ini saya ingin menunjukkan contoh pikiran positif misalnya; jika kita mendapat suatu tugas dan kita berpikir dapat melakukan tugas tersebut, maka yang akan tumbuh dalam pikiran kita adalah keyakinan bahwa kita bisa. Bukan tidak mungkin bersamaan dengan itu muncul pula keragu-raguan, tetapi jika kita menguatkan pikiran positif maka kita akan dibawa oleh alam pikiran kita untuk mencari cara mengatasi keragu-raguan tersebut. Agar kita dapat menumbuhkan pikiran positif dengan baik kita perlu terus-menerus berlatih berpikir positif. Cobalah kita tanyakan pada diri kita; “Apakah kita mendapatkan manfaat dari berpikir negatif? Apakah kita akan memikirkan sesuatu yang sebenarnya akan menghambat kita untuk melakukan hal-hal yang hebat?” Saya yakin, Anda semua tahu jawabnya.
Orang yang berpikir positif akan selalu memiliki harapan. Dan itu akan menumbuhkan semangat untuk meraih tujuan yang diinginkannya. Orang yang berpikiran positif selalu bekerja lebih bersemangat daripada yang berpikiran negatif.
Sebagai guru, memiliki kebiasaan berpikir positif sangat penting. Salah satu tugas guru adalah menumbuhkan motivasi belajar bagi anak didik. Memotivasi berarti menumbuhkan harapan yang besar dalam diri anak didik. Mereka kita beri harapan yang dapat menumbuhkan semangat belajar. Semangat belajar seseorang sangat mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Tanpa adanya semangat belajar mustahil seseorang akan berhasil dengan baik dalam belajar. Guru yang memiliki kebiasaan berpikir positif akan lebih berhasil dalam tugasnya daripada yang berpikiran negatif.
Bagaimana logikanya? Guru yang biasa berpikir positif memiliki harapan yang besar terhadap keberhasilan anak didiknya. Harapan yang ada dihatinya akan mendorongnya lebih optimis dalam melaksanakan proses pembelajaran dan optimism itu akan menumbuhkan semangat berkreasi untuk menciptakan gagasan-gagasan baru (inovasi) sehingga pembelajaran tidak lagi monoton dan membosankan. Ia juga akan selalu memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk lebih berani mengemukakan pendapat, bertanya, bahkan mungkin menolak apa yang dikemukakannya. Pemberian kesempatan yang demikian ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang guru yang selalu diliputi pikiran negatif. Guru yang berpikiran negatif cenderung menganggap dirinyalah satu-satunya sumber yang harus diikuti dan ditaati. Ia menjadi sangat dominan sehingga akan menghambat tumbuhnya keberanian dan kreatifitas anak didiknya. Guru yang senantiasa berpikiran negatif pola pikirnya pun menjadi primitif sehingga susah diajak maju. Ia selalu meyakini bahwa pendapatnya yang paling benar, selalu menutup diri dari segala informasi tentang perkembangan pengetahuan dan teknologi pembelajaran yang menjadi bidang tugasnya. Tanpa disadari mereka telah menjadikan dirinya terbelenggu dalam ketertinggalan.
Apa manfaat berpikiran positif?
Manfaat paling erat kaitanya dari kebiasaan berpikir positif adalah terhindar dari mudahnya seseorang berpikiran negatif yang cenderung mendorong menjerumuskan sesorang dalam kebiasaan berprasangka buruk.
Saya akan menunjukkan ilustrasi dari kejadian yang menggambarkan sebuah prasangka buruk. Pada sebuah rapat yang diikuti oleh semua kepala sekolah ada seorang diantaranya tertidur pulas. Mengetahui hal ini pimpinan rapat tersinggung dan berdiri seraya menghardik. “Bangunkan orang itu dan suruh ia keluar!” sambil menunjuk ke peserta rapat yang diyakini tertidur. Semua peserta yang lain menoleh kepada orang yang dimaksud dan memandangnya dengan sinis. Menyadari dirinya menjadi pusat perhatian, orang tersebut mendongakkan kepala dan mencoba menjelaskan dengan suara lirih. “Maaf Pak, saya tidak tertidur. Saya mendengarkan semua yang bapak utarakan”. Dengan muka pucat pasi dan bibir bergetar ia kemudian melanjutkan. “Sebenarnya, hari ini saya seharusnya dirawat di rumah sakit, tetapi karena rapat ini sangat penting maka saya memaksakan diri untuk hadir….” seraya melangkah maju menunjukkan surat keterangan dokter kepada pimpinan rapat. Mendengar jawaban tersebut peserta rapat yang semula sinis menjadi terharu dan iba. Begitulah prasangka buruk sangat mudah mempengaruhi orang merendahkan orang lain dan melahirkan sikap buruk. Prasangka buruk juga dapat menjadi cikal-bakal fitnah. Dan kita semua tahu fitnah adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Banyak orang sepakat dengan perumpamaan ‘fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan’.
“ Hai orang-orang yang beriman! Janganlah terlalu banyak sangka menyangka, sungguh sebagian persangkaan adalah dosa. Janganlah saling memata-matai, dan janganlah saling memfitnah…” Q.S. 49 - Al Hujuraat, ayat 12.
Apakah kita mendapatkan manfaat dari berpikir negatif?
Jika kegagalan dalam mencapai cita-cita atau keinginan adalah sebuah tujuan, maka berpikir negatif adalah langkah awal yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pertanyaannya adalah, apa ada orang yang menginginkan cita-citanya gagal? Dengan demikian berpikir negatif tidak pernah ada manfaatnya. Jadi, kita tidak perlu ragu-ragu untuk terus menerus membiasakan diri berpikiran positif. Kita harus yakin akan kemampuan kita. Harga diri yang kita miliki harus mampu membuat kita selalu berpikir dan bersikap positif. Sebagai seorang pendidik tidak pantas menjadikan “membuat alasan” sebagai kebiasaan kita. Sikap seperti ini tidak akan bisa membuat kita menjadi pemenang dalam kehidupan ini. Kita seharusnya tidak puas jika hanya sebatas pada memiliki apa yang dimiliki orang lain, tetapi kita harus mampu memiliki apa yang tidak bisa dimiliki orang lain.
Saya ingin menyajikan sebuah contoh kegagalan yang merupakan akibat berpikir negative dari seorang sastrawan Amerika yang terkenal dengan karyanya ‘The Legend of Sleepy Hollow’, Washington Irving. Dalam sebuah acara perjamuan makan malam untuk menyambut kedatangan Charles Dickens, Irving ditunjuk menjadi pemimpin perjamuan tersebut. Namun Irving menolak karena ia merasa bimbang dan tidak yakin mampu melaksanakan tugas tersebut. Meskipun pada akhirnya Irving menerima tugas itu, tetapi ia selalu mengatakan bahwa ia takut jika dirinya akan gagal.
Saat acara malam perjamuan itu tiba, Irving mampu membuat pembukaan yang bagus dan sangat simpatik, tetapi tiba-tiba saja ia berhenti dan menutup pembicaraannya. Sejenak semua yang hadir tertegun dan terhenyak, tidak menyangka Irving akan menutup pidatonya sedemikian cepat. Setelah kembali ke tempat duduknya ia berbisik pada teman di sebelahnya, “Sudah saya katakan, saya pasti gagal… dan itu baru saja terjadi!” dengan nada protes.
Kegagalan Irving sebenarnya adalah jawaban atas keragu-raguan dan ketidakyakinan atas kemampuannya. Cara berpikir Irving adalah alasan mengapa ia gagal. Jika saja ia tidak berpikir akan gagal, maka kegagalan tersebut tidak akan terjadi. Betapa banyak kegagalan terjadi karena diawali dengan pikiran negatif.
Kegagalan anak didik kita dalam berbagai lomba mungkin saja karena berawal dari kita berpikir negatif, berawal dari pikiran negatif dimana kita sudah meyakini bahwa anak kita tidak akan mampu bersaing dengan siswa dari sekolah lain. Karena kita sudah yakin tidak akan menang, maka motivasi dan ambisi kita menjadi lumpuh, kemauan menjadi lemah dan semangat membina pun menjadi pudar. Oleh karena itu, mari kita bangun berpikir positif dengan hanya melihat yang terbaik dalam diri kita dan orang lain, serta percaya bahwa kita akan mampu melakukan hal-hal yang besar dan hebat.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Links